BENCANA ALAM
Nyawa ibarat nyamuk sekali tepuk langsung mati
Melayang terbang dengan mudah sesuai garis ilahi
Sayang, waktu memintanya secara misteri
Sekali waktu banyak diminta sehingga meninggalkan luka sangat pedih
Sampai seisi alam ikut merintih
Sakit rasanya mendengar tangis isak family
Kalau begini, aku hanya tertegun didepan layar kaca televisi
Menghitung nyawa yang permisi pergi
Rasanya Tuhan terlalu kejam saat menghakimi
Bukan, ini bukan caraNYA untuk menyakiti
Bukan, juga keinginanNYA dalam memberi sanksi
Ini janji yang sudah lama namun, akan terjadi pasti
Di dalam kitab sudah (sering} berbunyi.
Hanya saja penghuni bumi lupa memahami
kalau alam juga sama punya hati,
ACEHKU SAYANG, ACEHKU MALANG
kalau alam juga sama punya hati,
Deru air bersama angin melaju
Derak pepohonan dan rumah tumbang
Dalam gerak singkat
Dalam detik
Acehku sayang…
Tak habis di rundung malang
Acehku malang…
Bawa ribuan jiwa melayang
Bersama Tsunami ruh mengawang
TURUT BERDUKA CITA
( sapuan sapa yang menyisakan perih )
Duka cita ini begitu dalam
Untuk para korban awan panas Merapi, 26 September 2010
Kaki-kaki merapi
Tanah leluhur yang mulia
Bergerak pada malam-malam hari
Tidak kuasa kita melawan goncangan yang dahsyat
Air mata Merapi
Tanah leluhur yang kita puja
lahar dingin mencapai muara kebebasan
Bagai air mendidih sombong tumpah dari bejana
Rambut-rambut Merapi
Lahar panas wedus gembel,
Menyambar bagai kilat, listrik alam tidak bertuan
Tidak kuasa kita menahan panasnya
Badan - badan Merapi
Leluhur tempat bersandar
Menghalangi pandangan kepada yang di seberang
Mata-mata Merapi
Apa yang ingin dikatakannya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar